(BAHASA) BELUM SAATNYA MASUK TV
- Reggy Hasibuan
- Oct 29, 2016
- 4 min read

Pada awal karir Stand Up saya di tahun 2011, banyak tawaran untuk manggung termasuk juga tawaran buat masuk TV, waktu itu di Metro TV. Emang itu enaknya jadi komika di awal tahun dimana Stand Up baru meledak dan menjadi viral seantero Indonesia, banyak yang ngasi tawaran dan belum banyak saingan.
Taping di Metro sama beberapa komik waktu itu seperti Sam Notaslimboy, dan Kemal Pahlevi. Pas dipanggil, naik, dan dan udah semangat nih make materi yang sudah dilatih buat dipake di depan penonton yang dateng. Reaksi mereka bagus, walaupun pake bahasa Inggris mereka mereka tetap ketawa, walopun yang mukanya ngeblank juga ada beberapa. Pas tengah-tengah set, tiba-tiba dikasi tanda dari belakang, dan akhirnya harus turun sebelum set selesai.
Staff Metro ngedatengin saya dan dibilangnya saya ga bisa bawa materi full Bahasa Inggris, kalau mau Bahasa Inggrisnya ga boleh banyak-banyak. Bingung kan? Akhirnya saya duduk, dan Kemal sempet nanya apakah saya ngga ada materi bahasa Indonesia, yang mana waktu itu saya bilang ngga ada. Sam nanya bisa ditranslate aja ngga, saya jawab ga bisa karena feel nya akan beda. Dari tempat duduk saya, saya ngeliat staff Metro tadi berargumentasi dengan staff Metro lain yang tampak lebih senior. Akhirnya saya dipanggil lagi, staff Metro yang lebih senior tadi meminta maaf dan menyalahkan staff juniornya, dan mengatakan bahwa seharusnya saya dibriefing dulu mengenai konsep acaranya sebelum maju, akhirnya saya disuruh maju lagi untuk menyelesaikan set yang tadi.
Dalam hati saya udah ragu, bukanya efek kejut punchline nya udah ketahuan? Akhirnya saya tetep maju dan berusaha tetap antusias, tapi beneran, efek ke penonton gak sepecah yang pertama. Pas ditayangkan, segmen pas saya pun gak masuk acara Stand Upnya, tapi masuk berita, bahwa ada orang Indonesia nyobain berstandup dalam bahasa Inggris. Keseluruhan segmen berita itu gak lebih dari 1 menit, materi saya yang ditayangkan sekitar 30 detik, dari keseluruhan 7 menit yang saya tampilkan waktu taping.
Lumayan bikin stress, semenjak itu saya susah bisa masuk Metro lagi soalnya pake Bahasa Inggris, sempet nyobain di Kompas TV juga sama Raditya Dika pake bahasa Indonesia di acara Komik Action, tapi beneran feelnya ga sama. Lumayan terobati waktu 2013 ketika diundang main di Stand Up Comedy Festival yang juga bikinannya Metro TV, di depan 4000 orang, satu-satunya comic berbahasa Inggris dan pecah. Bahkan di tayangan televisi dan Youtube-nya cuma saya yang pakai subtitle. Diajak naik lagi di tahun depannya tahun 2014, dan walaupun lumayan tapi secara pribadi ga ngerasa terlalu puas seperti tahun sebelumnya.

Setelah itu gak pernah naik ke TV lagi, dan jadi mikir. Sepertinya naik di TV asik sih, tapi pengalaman dan kemampuan saya di Stand Up masih terlalu tipis. Komik-komik seperti George Carlin dan Louis CK butuh belasan tahun baru bisa jadi komik yang legendaris, lha saya baru tiga tahun uda ngarep jadi jagoan? Ketika tampil di Malaysia dan pecah sama Mosidik, mereka pada nanyain udah berapa lama di standup, dan mereka semua pada kaget pas kita bilang baru setahun waktu itu. Sementara komik-komik Malaysia pada waktu itu yang pecah-pecah pengalamannya pada sekitar 6 tahunan, seperti Jason Leong, Kavin Jay dan Rizal Van Geyzel.
Masih sekitaran 2011-2012 di Jakarta, sempet ada wacana bikin acara Stand Up di salah satu bar expat paling rame di Jakarta, yaitu the Eastern Promise di Kemang. Saya langsung kecut dan bilang belum siap. Eastern Promise emang asik banget, tapi hampir 100% expat yang dateng kesana dan saya tahu mereka ekspektasinya tinggi apalagi kalo tau yang naik bakal orang lokal. Terlalu ngeri.

Sempat juga nonton film Source Code yang ternyata di film itu ada Russel Peters. Ada adegan dimana dia harus Stand Up impromtu di hadapan penumpang kereta, dan di film itu dia ditampilkan mampu melakukannya dengan baik. Saya nyadar itu cuma film sih, dan kemungkinan sudah di-script biar Russel keliatan lucu, tapi saya juga jadi bertanya-tanya sama diri saya sendiri, kalau saya ada dalam posisi itu, apakah saya mampu? Pada tahun 2012 ketika saya menonton film itu dengan pengalaman Stand Up baru setahun, saya langsung menggelengkan kepala, dan saya ngerasa nggak mungkin saya bisa melakukan itu dalam waktu dekat.
Beberapa tahun saya gak naik TV karena balik ke Malang dan membesarkan komunitas Stand Up di Malang, sedikit banyak alasannya adalah emang belum siap aja buat TV, mau pake bahasa Inggris atau Indonesia. Mending saya balik dulu ke Malang, memperdalam ilmu dan mengasah kemampuan sambil saya membesarkan komunitas disini. Sempet stress dan depresi memang sih, sering ngerasa tidak diakui, ngerasa kurang tawaran, ngerasa mustinya bisa dapet penghargaan dan respek yang lebih, tapi setelah dipikir-pikir hal-hal itulah yang membuat saya semakin fokus mendalami Stand Up. Setelah beberapa tahun dalam kondisi seperti itu, saya menjadi tidak punya pilihan selain mendalami lebih tentang Stand Up. Toh salah satu prinsip dalam Stand Up Comedy adalah, "Kamu hanya bisa sadar bahwa kamu adalah seorang Stand Up Comedian ketika kamu berada dalam titik terendah dalam hidupmu dan kamu tetap tertawa."
Selama saya menjauhi Jakarta dan di tinggal Malang, kurang lebih saya menjadi pengangguran, ayah saya meninggal, ibu saya kena kanker dan 2 anjing Golden Retriever kesayangan saya meninggal. Sedih sih sedih, tapi anehnya saya juga nemu banyak materi.
Di rentang waktu yang sama, komunitas yang saya bangun menjadi semakin solid, mampu menciptakan komik-komik kelas nasional dan bahkan sekarang mempunyai Stand Up Comedy Club sendiri yang kita beri nama "Laughboratorium". Satu-satu Stand Up Comedy Club di Indonesia yang berbasis komunitas, bahkan mungkin di seluruh dunia.

Sekarang tahun 2016. Setiap saya membuka mata, yang saya lihat adalah kemungkinan materi Stand Up. Sekarang saya lebih siap. Mau di TV, di club, di bar, di kereta, dimana saja saya yakin saya bisa. Hanya ada satu jalan ke depan, yaitu ke arah untuk menjadi yang terbaik.

Comments